MENGENAL ALAT UKUR TACOMETER

Tachometer ialah suatu alat uji yang dibuat untuk mengukur kecepatan suatu putaran pada sebuah objek tertentu, seperti halnya dengan alat yang mengukur putaran mesin per menit (RPM). Alat pengukur putaran mesin ini yang biasa disebut dengan tachometer rpm ini sebelumnya dibuat dengan dial, atau jarum yang menunjukkan pembacaan saat ini dan tanda-tanda yang menunjukkan tingkat yang aman. Tacometer alat yang digunakan untuk menguji kecepatan rotasi objek ini. Seperti halnya lihatlah pada kendaraan Anda, yakni RPM guna mengetahui besaran gas mesin. Awal kemunculannya dalam bentuk dial, petunjuk kecepatan memakai unit berupa jarum. Sedangkan navigasi lainnya berperan menyatakan kondisi aman atau bahaya.

  1. Rotor bergigi

Tipe Tachometer yang pertama ini tersusun atas masing-masing satu unit sensor tetap, pemutar gerigi, bahan besi dan roda. Proses kerjanya adalah rotor berputar, selanjutnya pengukuran terjadi pada rotor bergigi. Sensor dari bahan magnet melakukan deteksi per gerigi yang melewati objek tersebut. Gerigi menambah medan magnet sehingga tegangan terinduksi pada lilitan kawat. Akhirnya dihasilkan pulsa yang menunjukkan besaran gelombang. Adapun Keistimewaan tacometer rotor bergigi ini yaitu lebih akurat dan angka yang tersaji sesuai aliran gelombang pada objek terukur.

  1. Optik Sistem

optik ini diterapkan pada Tachometer dengan pengukur kecepatan dengan sudut putar menggunakan besaran rpm. Terbentuk dari jalur (stripe) di batang yang terhubung pada sebuah photosensor. Dengan konsep seperti inilah yang menghasilkan angka petunjuk kecepatan suatu objek. Untuk prinsip kerja tacometer ini ialah terjadi perputaran pada batang kemudian photosensor melakukan deteksi jumlah stripe. Hasil akhirnya tetap sama, yakni gelombang pulsa

Jasa Kalibrasi Inkubator BMD Laboratory di PT Insani Medical Centre

Puji syukur Alhamdulillah,  Pada tanggal 08 Juni  2017, BMD Laboratory telah memberikan Jasa Kalibrasi Inkubator di PT Insani Medical Centre, Jakarta Timur. Inkubator  yang dipercayakan ke BMD Laboratory untuk dikalibrasikan sebanyak 1 unit.   Dengan durasi pengerjaan 1 hari, dan kegiatan berjalan lancar.

Selanjutnya jika bapak/ibu membutuhkan kalibrasi Inkubator, jangan ragu untuk menghubungi kami. Jika tanpa ada kendala teknis dan semisalnya durasi pengerjaan  hingga terbit hanya 3 hari saja. Silahkan hubungi Kontak Kami untuk informasi lebih lanjut.

Cara penggunaan alat ukur grounding Earth Tester secara benar

 
Earth Tester grounding biasanya dilengkapi 3 buah hole konektor serta 3 kabel ukur yang akan digunakan


Susunan ketiga kabel tersebut yaitu  :

Pertama kabel yang merah (C), terhubung ke lubang koneksi yang merah juga pada alat ukur, dan ujung satunya terhubung dengan stick besi yang ada dan ditancapkan ke tanah. Upayakan agar jarak antara stick dengan yang satu dan yang lainnya sekitar 5 – 10 m.

 

Kedua Kabel berwarna Kuning (P), terhubung dengan lubang penghubung berwarna kuning pada alat ukur serta ujung yang satu terhubung dengan stick yang tersedia dan sudah ditancapkan ke tanah. Sama seperti pada kabel yang merah usahakan juga jarak yang satu dengan yang lain juga antara 5-10 m
Ketiga kabel berwarna hijau (E), dihubungkan dengan lubang koneksi hijau pula pada alat ukur serta ujung satunya dihubungkan dengan kabel penghantar pada titik grounding yang sudah kita pasangkan.
Sesudah memutar selektor pada alat ukur (Earth Tester) untuk diarahkan pada pengukuran dengan nilai maksimum (skala 100 ohm) dahulu, kemudian tekan tombol test

  • Apabila jarum ukur belum juga bergerak atau bergerak namun sangat kecil, putar kembali selektor untuk mengubah satuan skala yang lebih kecil (10 ohm)
  • Namun jika jarum ukur masih bergerak hanya sedikit, maka bisa kita coba dengan skala ukur yang kecil (1 ohm), supaya didapatkan hasil ukur yang akurat

Menghitung hasil Pengukuran pada Earth Tester Grounding

  1. Apabila skal ukur 1 ohm, jarum ukur bergerak pada angka 2, maka hasil pengukurannya adalah : 2 x 1 ohm = 2 ohm (resistansi grounding masih baik dan benar sesuai dengan standard)
  2. Jika skala ukut yang digunakan pada selektor 10 ohm, dan jarum ukur bergerak menunjukan angka 5, maka hasil pengukuran aktualnya adalah : 2 x 10 ohm = 20 ohm (dikategorikan resistansi buruk)
  3. Pada pengukuran yang digunakan pada pilihan selektor 100 ohm dan jarum ukur bergerak menunjukan angka 5, maka hasil pengukuran adalah : 2 x 100 ohm = 200 ohm ( kategorinya resistansi grounding sangat buruk, bahkan mungkin tidak terpasang.

Catatan : pada saat akan memulai melakukan pengukuran, reminding untuk menekan tombol Test pada alat tersebut untuk memulai proses pengukurannya.

Dikutip dari berbagai sumber

Definisi dan fungsi Earth Tester Grounding

Grounding sendiri didefinisikan suatu jalur arus listrik menuju ke bumi atau bisa disebut juga sebagai konektor langsung dengan bumi. Pada instalasi listrik grounding dipasang untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara  mahluk hidup dengan tegangan listrik yang membahayakan yang terekspos akibat korsleting atau kegagalan dalam isolasi. Dalam persyaratan PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) sering diistilah dengan pembumian yang berarti suatu titik sirkuit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkuit listrik dengan bumi menurut cara tertentu. PUIL Sendiri merupakan ketentuan persyaratan teknis yang diterapkan di negara Indonesia yang mengacu ke standard internasional yang dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan kelistrikan.

Berikut ini merupakan fungsi dari pembuatan grounding

  1. Sebagai langkah keselamatan, berfungsi sebagai penghantar langsung ke bumi atau tanah pada saat terjadi kebocoran dalam isolasi atau percikan api pada saat korsleting, contohnya kabel grounding yang terpasang pada sasis alat elektronik seperti strika listrik sehingga mencegah adanya sengatan listrik saat rangkaian di dalam strika terjadi kebocoran
  2. Fungsi sebagai penangkal petir, hantaran langsung ke tanah atau bumi sehingga meminimalisir hantaran listrik ketika ada sambaran petir
  3. Merupakan proteksi peralatan elektronik atau instrumen sehingga mencegah kerusakan akibat kebocoran pada tegangan

Untuk mengetahui apakah grounding atau pembumian yang terpasang sudah benar-benar terhubung ke bumi, sedapat mungkin harus tidak ada hambatan atau resistensi antara kabel grounding dengan bumi. Akan tetapi jika tidak memungkinkan benar-benar sampai 100% terhubung dengan bumi, sebaiknya dibuatlah nilai standar atau toleransi maksimum dari hambatan kabel grounding ke bumi kurang dari 2 ohm atau di bawah  1 ohm

Pengertian TDS (Total Dissolved Solid) atau PPM (Part per Million)

TDS meter (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, contohnya : garam, dsb) pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Milion (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 1 mikrometer (1×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan akuarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dsb. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (contohnya pada  pembuatan kosmetik, obat-obatan, makanan dan minuman, dsb)
Sejauh ini terdapat dua metode yang dapat dipakai untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :

  1. Dengan cara Gravimetric
  2. Electrical conductivity

Dari kedua metode di atas jika dilihat dari sisi keakuratannya  maka sebaiknya yang digunakan adalah metode gravimetry pada saat pengukuran TDS, denga metode ini tingkat keakuratannya bisa mencapai 0,0001 gram. Untuk secara electrical conductivity atau konduktansi dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan dalam menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan kebalikan atau berbanding terbalik dengan resistensi (R), sehingga secara matematisnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

G = 1 / R, sehingga jika kita hubungkan dengan Hukum Ohm, dapat dirumuskan defisi lainnya :

V = I x R

I = G x E

Secara definisi di atas : jika dua plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusioda), maka pada plat tersebut akan mengalir arus listrik.
Satuan dasar untuk konduktansi adalah Siemens (S), dan formalnya menggunakan satuan Mho (kebalikan dari Ohm). Karena luas penampang plat dan jarak antar plat juga mempengaruhi konduktansi, maka secara matematis ditulis dengan :

C = G x ( L / A )

Dimana :

C : Konduktansi spesifik (S)
G : Konduktansi yang terukur (S)
L : Jarak antar plat (cm)
A : Luas penampang plat (cm2)

Butuh Bantuan! Klik disini

Kami siap membantu anda sekarang, silahkan berdiskusi via WA Chat dengan Tim Specialist kami yang available online saat ini. Jika tim sedang sibuk dijaringan masing-masing kirim email ke: [email protected] untuk bantuan cepat melalui Help desk..

Dept. Marketing

Alfiyah Muntazah

Online

Marketing

Ikhfa Agus Riyanti

Online

Marketing

Sulastri - Branch Yogya

Online

Customer Support

Vriska

Online

Dept. Marketing

Siti Rofikoh

Online

Alfiyah Muntazah Dept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Ikhfa Agus RiyantiMarketing

Yth. Bapak/Ibu, dengan senang hati saya siap membantu 00.00

Sulastri - Branch YogyaMarketing

Monggo.. Wonten ingkang saged kulo rencangi? 00.00

VriskaDept Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Siti RofikohDept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00