Cara penggunaan alat ukur grounding Earth Tester secara benar

 
Earth Tester grounding biasanya dilengkapi 3 buah hole konektor serta 3 kabel ukur yang akan digunakan


Susunan ketiga kabel tersebut yaitu  :

Pertama kabel yang merah (C), terhubung ke lubang koneksi yang merah juga pada alat ukur, dan ujung satunya terhubung dengan stick besi yang ada dan ditancapkan ke tanah. Upayakan agar jarak antara stick dengan yang satu dan yang lainnya sekitar 5 – 10 m.

 

Kedua Kabel berwarna Kuning (P), terhubung dengan lubang penghubung berwarna kuning pada alat ukur serta ujung yang satu terhubung dengan stick yang tersedia dan sudah ditancapkan ke tanah. Sama seperti pada kabel yang merah usahakan juga jarak yang satu dengan yang lain juga antara 5-10 m
Ketiga kabel berwarna hijau (E), dihubungkan dengan lubang koneksi hijau pula pada alat ukur serta ujung satunya dihubungkan dengan kabel penghantar pada titik grounding yang sudah kita pasangkan.
Sesudah memutar selektor pada alat ukur (Earth Tester) untuk diarahkan pada pengukuran dengan nilai maksimum (skala 100 ohm) dahulu, kemudian tekan tombol test

  • Apabila jarum ukur belum juga bergerak atau bergerak namun sangat kecil, putar kembali selektor untuk mengubah satuan skala yang lebih kecil (10 ohm)
  • Namun jika jarum ukur masih bergerak hanya sedikit, maka bisa kita coba dengan skala ukur yang kecil (1 ohm), supaya didapatkan hasil ukur yang akurat

Menghitung hasil Pengukuran pada Earth Tester Grounding

  1. Apabila skal ukur 1 ohm, jarum ukur bergerak pada angka 2, maka hasil pengukurannya adalah : 2 x 1 ohm = 2 ohm (resistansi grounding masih baik dan benar sesuai dengan standard)
  2. Jika skala ukut yang digunakan pada selektor 10 ohm, dan jarum ukur bergerak menunjukan angka 5, maka hasil pengukuran aktualnya adalah : 2 x 10 ohm = 20 ohm (dikategorikan resistansi buruk)
  3. Pada pengukuran yang digunakan pada pilihan selektor 100 ohm dan jarum ukur bergerak menunjukan angka 5, maka hasil pengukuran adalah : 2 x 100 ohm = 200 ohm ( kategorinya resistansi grounding sangat buruk, bahkan mungkin tidak terpasang.

Catatan : pada saat akan memulai melakukan pengukuran, reminding untuk menekan tombol Test pada alat tersebut untuk memulai proses pengukurannya.

Dikutip dari berbagai sumber

Definisi dan fungsi Earth Tester Grounding

Grounding sendiri didefinisikan suatu jalur arus listrik menuju ke bumi atau bisa disebut juga sebagai konektor langsung dengan bumi. Pada instalasi listrik grounding dipasang untuk mencegah terjadinya kontak langsung antara  mahluk hidup dengan tegangan listrik yang membahayakan yang terekspos akibat korsleting atau kegagalan dalam isolasi. Dalam persyaratan PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik) sering diistilah dengan pembumian yang berarti suatu titik sirkuit listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkuit listrik dengan bumi menurut cara tertentu. PUIL Sendiri merupakan ketentuan persyaratan teknis yang diterapkan di negara Indonesia yang mengacu ke standard internasional yang dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan kelistrikan.

Berikut ini merupakan fungsi dari pembuatan grounding

  1. Sebagai langkah keselamatan, berfungsi sebagai penghantar langsung ke bumi atau tanah pada saat terjadi kebocoran dalam isolasi atau percikan api pada saat korsleting, contohnya kabel grounding yang terpasang pada sasis alat elektronik seperti strika listrik sehingga mencegah adanya sengatan listrik saat rangkaian di dalam strika terjadi kebocoran
  2. Fungsi sebagai penangkal petir, hantaran langsung ke tanah atau bumi sehingga meminimalisir hantaran listrik ketika ada sambaran petir
  3. Merupakan proteksi peralatan elektronik atau instrumen sehingga mencegah kerusakan akibat kebocoran pada tegangan

Untuk mengetahui apakah grounding atau pembumian yang terpasang sudah benar-benar terhubung ke bumi, sedapat mungkin harus tidak ada hambatan atau resistensi antara kabel grounding dengan bumi. Akan tetapi jika tidak memungkinkan benar-benar sampai 100% terhubung dengan bumi, sebaiknya dibuatlah nilai standar atau toleransi maksimum dari hambatan kabel grounding ke bumi kurang dari 2 ohm atau di bawah  1 ohm

Pengertian TDS (Total Dissolved Solid) atau PPM (Part per Million)

TDS meter (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik, contohnya : garam, dsb) pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Milion (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 1 mikrometer (1×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan akuarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dsb. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (contohnya pada  pembuatan kosmetik, obat-obatan, makanan dan minuman, dsb)
Sejauh ini terdapat dua metode yang dapat dipakai untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :

  1. Dengan cara Gravimetric
  2. Electrical conductivity

Dari kedua metode di atas jika dilihat dari sisi keakuratannya  maka sebaiknya yang digunakan adalah metode gravimetry pada saat pengukuran TDS, denga metode ini tingkat keakuratannya bisa mencapai 0,0001 gram. Untuk secara electrical conductivity atau konduktansi dapat didefinisikan sebagai ukuran kemampuan suatu bahan dalam menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan kebalikan atau berbanding terbalik dengan resistensi (R), sehingga secara matematisnya dapat dirumuskan sebagai berikut :

G = 1 / R, sehingga jika kita hubungkan dengan Hukum Ohm, dapat dirumuskan defisi lainnya :

V = I x R

I = G x E

Secara definisi di atas : jika dua plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusioda), maka pada plat tersebut akan mengalir arus listrik.
Satuan dasar untuk konduktansi adalah Siemens (S), dan formalnya menggunakan satuan Mho (kebalikan dari Ohm). Karena luas penampang plat dan jarak antar plat juga mempengaruhi konduktansi, maka secara matematis ditulis dengan :

C = G x ( L / A )

Dimana :

C : Konduktansi spesifik (S)
G : Konduktansi yang terukur (S)
L : Jarak antar plat (cm)
A : Luas penampang plat (cm2)

Persyaratan unjuk kinerja Instrumen Flow meter

 

 

Sebuah flow meter kinerja (performance)  sangat ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini  oleh akurasi, repeatability(perulangan) pengukurn, linearitas, flow range(rentang ukur) dan serta resolusi.

Akurasi
Akurasi merupakan ukuran seberapa dekat hasil pengukuran terhadap nilai aktual dari sebuah laju ukur (flow). Biasa disebut juga sebagai tingkat kesalahan instrument flow. Sering dinyatakan dalam satuan persentase.
Misalnya:
Jika diketahui sebuah  alat flow meter memiliki nilai akurasi sebesar  ± 4%, jadi  indikasi flow rate terhadap laju sebenarnya  pada laju 1000 gpm adalah: 1000 – (4% x 1000) = 960 gpm  dan 1000 + (4% x 1000) = 1040 gpm. Maka rentang akurasinya berada antara 960 – 1040 gpm.

Repeatability ( Perulangan pengukuran)
Repeatability adalah kemampuan dari flow meter untuk memberi penunjukan  pembacaan alat  yang sama (konsistensi). Biasanya juga dinyatakan dalam persentase. Pada spesifikasi vendor, nilai ini diperoleh dari pengujian di shop pabrik pembuat untuk range, pressure, temperature, dan viscosity fluida tertentu (misal: udara, air, atau solvent).

Linearitas
Linearitas adalah perbandingan sinyal output terhadap flow rate. Sinyal output dapat linear atau tidak, tergantung pada prinsip operasi flow meter yang dipakai. Sebagai contoh, sinyal outputdari primary element sebuah DP flow meter tidak linear terhadap flow rate, namun akar kwadrat-nya linear dengan flow rate. Sehingga sinyal “raw” yang dihasilkan oleh DP flow meterharus di konversi menggunakan alat khusus untuk memperoleh bentuk linear. Linearity pada turbine meter dapat dicontohkan sebagai kurva garis lurus antara perubahan nilai k-factorterhadap flow rate.

Range Laju (Range ability)
Setiap flow meter mempunyai range maksimum dan minimum. Perbandingan dari nilai ini sering juga disebut turndown ratio.
Contoh: Jika sebuah flow meter mempunyai turndown 40:1 dan dioperasikan pada rangemaximum 1000 gpm. Turndown ratio = 1000 gpm/40 = 25 gpm
Artinya flow meter tersebut dapat melakukan pengukuran dengan akurat pada saat readingmenurun hingga 25 gpm. Jika kurang dari 25 gpm, maka akurasinya akan berkurang. Semakin besar nilai turndown semakin bagus, namun sesuaikan dengan range kebutuhan spesifik di lapangan.

Resolusi alat
Resolusi merupakan satuan  ukuran perubahan terkecil dari total flow yang dapat ditampilkan pada layar flow meter.

Pengertian dan Klasifikasi Flow Meter

 

Proses pengukuran pada aliran fluida merupakan suatu hal yang peting pada industri proses laiknya kilang minyak (refinery), pembangkit listrik,Industri bahan kima, industri pengelolaan limbah, serta industri olahan makanan dan minuman disamping itu pada industri farmasi.

Dalam menentukan kuantitas dari suatu fluida(liquid, gas, steam, powder) pada industri proses yang mengalir melalui suatu titik pengukuran, baik di dalam saluran yang tertutup maupun saluran terbuka. Parameter aliran yang diukur dapat juga berupa : kecepatan aliran volume, laju aliran massa, kecepatan aliran. Nah untuk menentukan pengukuran jumlah aliran pada suatu fluida ini disebut sebagai flow meter.

Flow meter memiliki banyak sekali macam, ukuran serta model, oleh sebab itu jenis flow meter yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan aplikasi di lapangan. Karena jika ada kesalahan dalam pemilihan jenis flow meter bisa menimbulkan tingginya biaya, hal ini dikarenakan umur dari flow meter maupu dari akurasi pada suatu pengukuran aliran fluida yang kurang tepat  yang mana akurasinya rendah.

Klasifikasi flow meter berdasarkan jenis fluida yang diukur dibedakan menjadi 3 bagian yakni flow meter pada fluida cair, fluida gas serta fluida solid (tepung, bubuk, pasir dan lain sebagainya). Untuk sistem pemasangan flow meter sendiri bisa dilakukan menjadi  beberapa sistem diantaranya sistem inline yang mana pipa yang dilalui cairan harus dipotong, sistem insertin pipa yang dialiri fluida dilubangi dan tranducer dari flow meter sehingga dapat dimasukan dalam pipa yang dilubangi tersebut dan sistem clamp on atau clip on dimana transducer dari flow meter cukup ditempelkan disisi luar pipa.

Peggunaan  flow meter pada bidang industri yang didasarkan pada jenis fluida, cara kerja, cara instalasi, kondisi lapangan serta tujuan utama dipasangnya flow meter bisa diklasifikasikan sebagai berikut :

  1. Diferential Pressure Flow meter
  2. Variable Area Flow meters
  3. Positive Dispacement
  4. Velocity Flow Meters
  5. Mass Flow Meters
Butuh Bantuan! Klik disini

Kami siap membantu anda sekarang, silahkan berdiskusi via WA Chat dengan Tim Specialist kami yang available online saat ini. Jika tim sedang sibuk dijaringan masing-masing kirim email ke: [email protected] untuk bantuan cepat melalui Help desk..

Dept. Marketing

Alfiyah Muntazah

Online

Marketing

Ikhfa Agus Riyanti

Online

Marketing

Sulastri - Branch Yogya

Online

Customer Support

Vriska

Online

Dept. Marketing

Siti Rofikoh

Online

Alfiyah Muntazah Dept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Ikhfa Agus RiyantiMarketing

Yth. Bapak/Ibu, dengan senang hati saya siap membantu 00.00

Sulastri - Branch YogyaMarketing

Monggo.. Wonten ingkang saged kulo rencangi? 00.00

VriskaDept Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Siti RofikohDept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00