Cara Sederhana dalam mengkalibrasi Oven

Bagi para pelaku usaha dalamOven BMD Lab bidang olahan makanan penggunaan oven sepertinya sudah menjadi hal yang biasa. Pada industri olahan makanan seperti pembuatan kue atau roti oven merupakan barang yang wajib dalam produksinya. Kestabilan suhu dalam ruang oven menjadi tuntutan penting dalam proses pematangan kue. Yang  jadi  pertanyaannya  apakah suhu yang ada dalam ruangan oven sudah sesuai dengan penunjukan indikator ?

Untuk itu perlu kita ketahui, bahwa antara penunjukan indikator oven dengan suhu ruangan sebenarnya ada perbedaan suhu. Bisa jadi pada penunjukan setting indikator misalnya 100 °C padahal suhu sebenarnya dalam ruang oven cuman 95 °C. Dalam hal ini berati ada oven tersebut memiliki koreksi 5 °C pada suhu. Pada  setting suhu yang lain kita juga harus melakuan hal sama seperti pada suhu 100 °C tersebut. Untuk mengetahui suhu sebenarnya yang ada dalam ruang oven kita bisa menggunakan alat termokopel digital. Dan dipastikan alat termokopel yang akan kita gunakan juga harus sudah memiliki telusur hasil pengukuran ke sebuah laboratorium kalibrasi. Dimana lab kalibrasi sudah memberikan  sebuah sertifikat kalibrasi dan di dalamnya tercantum nilai ketidakpastian serta koreksi dari termokopel tersebut. Dengan demikian nanti kita akan hitung penambahan ketidakpastian yang disumbangkan dari standar termokopel yang digunakan. Nah setelah kita kalibrasi internal dengan menggunakan standar termokopel. Hasil koreksinya nantinya kita bisa tempelkan pada alat yang bersangkutan sehingga,  ketika kita akan mensetting suhu yang kita inginkan maka perlu ditambahkan dengan nilai koreksi yang didapatkan dari kalibrasi internal yang dilakukan.

bmd laboratoy

Cara Menentukan Ketidakpastian Pengukuran

quality-management-planPenentuan nilai ketidakpastian pengukuran maupun CMC secara keseluruhan, tidak bergantung kepada jenih metode yang digunakan (apakah metode baku, metode baku yang dimodifikasi, maupun metode yang dikembangkan sendiri). Secara umum, evaluasi ketidakpastian pengukuran mengikuti panduan yang diuraikan dalam ISO GUM.

Nilai ketidakpastian pengukuran yang dicantumkan dalam CMC adalah nilai ketidakpastian terkecil yang dapat dihasilkan dalam kondisi rutin, untuk artefak dalam kondisi terbaik yang ada di pasaran. Kita tahu bahwa dalam evaluasi ketidakpastian pengukuran, ada komponen atau sumber ketidakpastian yang berasal atau terkait dengan UUT (misalnya repeatability, resolusi UUT); komponen itu harus diperhitungkan dalam menentukan ketidakpastian dalam CMC.

Terkait hubungan CMC dengan MPE: jika yang dimaksud adalah MPE untuk alat yang dikalibrasi (alias alat milik pelanggan), maka MPE harus ditetapkan oleh pelanggan yang bersangkutan, sesuai dengan kebutuhannya dalam menggunakan alat tersebut; jadi tidak ada hubungannya dengan CMC lab yang mengkalibrasi.

CMC(calibration measurement capability) adalah uraian yang berisi: jenis alat yang diukur/dikalibrasi, metode pengukuran/kalibrasi, rentang ukur, parameter yang dipersyaratkan, dan nilai ketidakpastian terkecil yang dapat dicapai oleh lab. Jadi CMC bukan sekedar nilai ketidakpastian pengukuran.

Pada prinsip validasi, yang pada dasarnya merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui karakteristik metode, dalam kaitannya dengan metode kalibrasi, karakteristik terpenting adalah ketidakpastian pengukuran dari implementasi metode tersebut. ISO GUM sendiri merekomendasikan penggunaan eksperimen untuk mengestimasi ketidakpastian, bahkan bila hasil pengendalian mutu jangka panjang menunjukkan perubahan, maka model matematis yang digunakan sebagai basis estimasi ketidakpastian mungkin perlu diubah.Oleh sebab itu, “validasi” yang diperlukan adalah melakukan serangkaian kalibrasi sebagai “initial demonstration of capability”, dan sekumpulan data yang diperoleh itulah yang digunakan untuk menjustifikasi CMC. Termasuk untuk memberikan konfirmasi apakah estimasi sumber-sumber ketidakpastian yang digunakan dalam uncertainty budget cukup realiable.

Mengenai maximum permisiable error (MPE) dari UUT tentunya tidak berkaitan dengan CMC lab yang mengkalibrasi, tetapi CMC lab yang mengalibrasi akan berpengaruh terhadap evaluasi kesesuaian karakteristik UUT terhadap MPE. Dalam hal ini laboratorium yang memiliki CMC, sebagai contoh lebih besar dari MPE UUT (berdasarkan permintaan pelanggan, atau spesifikasi UUT, mana yang relevan) sudah pasti tidak akan dapat memberikan hasil kalibrasi yang dapat digunakan untuk menjustifikasi kesesuaian. Secara umum pemilik alat yang memiliki UUT (dengan MPEs tertentu) hendaknya memilih laboratorium kalibrasi yang memiliki CMC sebesar fraksi tertentu dari MPE UUT (acuan umum yang digunakan 1/3 atau 1/4), dan sebaliknya bila ada pelanggan yang meminta jasa kalibrasi untuk UUT yang MPE nya lebih kecil dari 3 x CMC,hendaknya memberikan penjelasan terlebih dahulu konsekuensi dari hasil kalibrasinya terhadap kebutuhan pelanggan.

Macam-macam type Termokopel

Dalam dunia kalibrasi suhu standar yang biasanya digunakan dapat berupa termokopel. Termokopel meupakan sebuah sensor suhu yang digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda berubah menjadi tegangan listrik(voltase). Termokopel yang sederhana biasanya dipasang dan memiliki jenis konektor standar yang sama yang digunakan untuk mengukur suhu dengan rentang suhu yang cukup besar serta memiliki  tingkat  akurasi  kurang dari 1 ° C. Berawal dari sejarahya pada tahun 1821, seorang ahli fisika yang berkebangsaan Estonia yaitu Thomas Johan Seebeck menemukan sebuah teori pada percobaan sebuah konduktor(sejenis logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien sehingga dihasilkan tegangan listrik. Dalam mengukur perubahan panas tersebut Seebeck mengabungkan dua macam konduktor secara bersamaan pada ujung benda panas yang diukur. Pada akhirnya konduktor tersebut akan mengami gradiasi suhu serta mengalai perubahan tegangan secara berkebalikan dengan temperatur benda.

Pada beberapa aplikasi , salah satu sambungan(sambungan yang dingin) dijaga kestabilannya sebagai temperatur referensi, sementara yang lain disambungkan dengan objek yang diukur. Pada Termokopel dapat  dihubungkan  secara seri anatara satu sama yang lain untuk membuat termopile, yang mana tiap sambungan yang panas (hot junction) diarahkan ke suhu yang lebih tinggi  sementara itu sambungan yang dingin(cold junction) diarahakan pada suhu yang lebih rendah. Hal ini bertujuan agar tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, sehingga memungkinkan bisa digunakan pada tegangan yang lebih tinggi.Terkopel biasanya dikoneksikan denga dengan alat indikasi dengan kawat atau yang sering disebut wire atau kabel ekstensi atau kompensasi.

Beberapa spesifikasi Termokopel yang ada anatara lain :

  1. Termokopel type K

Spesifikasiya terbuat dari bahan logam Chromel(Ni-Cr alloy) serta Alumel(Ni-Al-alloy), dilihat dari segi harganya termokopel ini terbilang lebih murah. Dan bisa digunakan pada rentang pengukuran antara -200 °C  s/d +1200 °C.

  1. Termokopel type E

Terbuat dari Chromel/Constantan (Cu-Ni alloy), biasanya digunakan pada suhu yang rendah dengan output sebesar 68 µV/°C. Termokopel type E merupakan tipe non magnetik

  1. Termokopel type J

Terbuat dari logam baja atau Iron/constantan, rentang pemakaiannyan berkisar – 40°C sampai dengan +750°C

  1. Type N (Nicrosil)

Terdiri dari unsur Ni-Cr-Si alloy) /Nisil (Ni-Si alloy), Kondisi fisiknya stabil dan merupakan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi sehingga sangat cocok pada pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Bisa digunakan untuk mengukur suhu diatas 1200 °C. Sensitifitasnya berkisar 39 µV/°C  pada suhu 900 °C, kelasnya sedikit dibawah type K dan merupakan  modifikasi  dari termokopel type K

Beberapa tambahan lagi type termokopel yang memiliki materi penyusun dari logam mulia yang memiliki sifat yang hampir sama. Dan tergolong dalam termokopel yang paling stabil, akan tetapi karena memiliki sensitivitas yang rendah (10µV/°C  ) sehigga umumnya dipakai pada pengukuran suhu yang tinggi > 300 °C. Type termokopel yang dimaksud adalah sebagai berikut :

  1. Type B(Platinum-Rhodium/Pt-Rh)

Biasa digunakan pada pengukuran suhu di atas 1800°C. Type ini tidak bisa dipakai pada suhu yang rendah atau di bawah 50 °C

  1. Type R(Platinum/Platinum with 7% Rhodium)

Bisa digunakan pada pengukuran suhu diatas 1600 °C sensitivitas yang rendah

(10µV/°C )

  1. Type S(Platinum/platinum with 10% Rhodium)

 Biasa digunakan pada pengukuran suhu di atas 1600 °C. Biasa digunakan pada pengukuran titik leleh emas (10064,43 °C)

  1. Type T (Copper/Constantan)

Terbuat dari tembaga yang digunakan pada pengukuran dengan rentang -200 s/d 350 °C.

Butuh Bantuan! Klik disini

Kami siap membantu anda sekarang, silahkan berdiskusi via WA Chat dengan Tim Specialist kami yang available online saat ini. Jika tim sedang sibuk dijaringan masing-masing kirim email ke: [email protected] untuk bantuan cepat melalui Help desk..

Dept. Marketing

Alfiyah Muntazah

Online

Marketing

Ikhfa Agus Riyanti

Online

Marketing

Sulastri - Branch Yogya

Online

Customer Support

Vriska

Online

Dept. Marketing

Siti Rofikoh

Online

Alfiyah Muntazah Dept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Ikhfa Agus RiyantiMarketing

Yth. Bapak/Ibu, dengan senang hati saya siap membantu 00.00

Sulastri - Branch YogyaMarketing

Monggo.. Wonten ingkang saged kulo rencangi? 00.00

Vriska

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00

Siti RofikohDept. Marketing

Saya siap membantu anda sekarang, mari kita berdiskusi.. 00.00